Kamis, 09 September 2021

Nyadran (Tradisi mendoakan para leluhur dengan kenduri)

 Menjelang Ramadan, masyarakat Jawa banyak yang berkunjung ke makam-makam. Di sana mereka mendoakan para leluhur, membersihkan makam, menaburkan bunga, dan mengadakan acara kenduri. Di kalangan masyarakat Jawa, tradisi unik itu dikenal dengan nama Nyadran.

Dilansir dari Ngawikab.id, kata “Nyadran” berasa dari Bahasa Sansekerta, “sraddha” yang berarti keyakinan. Nyadran biasanya dilakukan pada hari ke-10 Bulan Rajab atau di awal Bulan Sya’ban.

Dalam tradisi itu, masyarakat akan berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal. Setelah berdoa, mereka menggelar makan bersama, di mana makanan yang disajikan merupakan makanan tradisional seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan daun rempah, tempe, tahu bacem, dan lain sebagainya. Lantas seperti apa sejarah tradisi itu bermula?

tradisi Nyadran sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha. Sejak abad ke-15, para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya agar Islam mudah diterima.

Pada waktu itu, para Walisongo berusaha meluruskan kepercayaan masyarakat Jawa waktu itu tentang pemujaan roh yang dalam Islam dinilai musyrik. Namun, agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa, mereka tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelaraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam seperti membaca Alquran, tahlil, dan doa.

Sumber: www.merdeka.com


0 comments:

Posting Komentar